IZINKAN AKU MEMELUKMU IBU

Senin, 04 Juni 2012 | komentar (4)




Kalau i
sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai, mengepelnya, bahkan 'dipaksa' membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis. Saat pertama kali aku masuk sekolah di TK, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya. Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya.

Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya. Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do'a di setiap sujud malamnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung mencium dan mengelus kepalaku saat aku bersimpuh di kakinya. Sambil berlinang air mata, tak henti-hentinya dia memanjatkan doa untukku. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang. Setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ibu melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku. Terima kasih ibu, karena engkau maka aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku jarang sekali menjenguknya atau menanyai kabarnya. Ibu, aku akan datang dan memelukmu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Diambil dari milis DT dan berbagai sumber)
Sebarkan e-mail ini ke saudara-saudara kita, mudah-mudahan bermanfaat...
Arsip renungan terdahulu dapat dilihat di: http://groups.yahoo.com/group/RenunganIslam



Share this article :

+ komentar + 4 komentar

8 Juni 2012 pukul 18.47

memang peran orang tua sangatlah penting di dalam kehidupan kita dan jasa jasanya tidak terbalas sampai kapanpun.

12 Juni 2012 pukul 10.24

tanpa seorang ibu kita tak akan da di dunia ini.....

12 Juni 2012 pukul 10.27

ibu adalah segalanya bagiku....

17 Juni 2012 pukul 00.09

Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang
nice gan

Posting Komentar

BLOG DOFFOLOW
Terimakasih atas kunjungan anda di sini
Silahkan berkomentar untuk meninggalkan jejak anda

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. Suroda Blogg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger